Hingga saat ini, dia pengusaha asal Amerika Serikat itu sudah menggelontorkan dana sebesar 170 juta pounds untuk membeli pemain baru. Angka itu cuma kalah dari dua tim, Manchester City (426 juta euro) dan Tottenham Hotspur (177 juta euro).
Jika dibandingkan dengan anggota The Big Four lainnya, sejak 2007 Chelsea cuma mengeluarkan 142 juta euro, MU sebesar 112 juta euro, dan Arsenal hanya 71 juta euro. Angka yang masih di bawah pengeluaran Liverpool sejak rezim Hicks dan Gillet.
Namun ironisnya, besarnya pengeluaran Hicks dan gillet justru masih belum dirasakan oleh manajer Liverpool, baik era Rafael benitez maupun Roy Hodgson. Bahkan hingga kini The Reds masih saja paceklik gelar, khususnya Premier League.
Tak heran jika kabar bakal terjualnya Liverpool kepada New England Sports Ventures (NESV) langsung mendapat sambutan positif dari banyak pihak. Kehadiran penguasa baru diharap bisa mengembalikan kejayaan Liverpool yang sudah lama urung dirasakan.
Namun, masalah baru muncul saat NESV kabarnya mengancam bakal membatalkan niat mereka membeli Liverpool. Ancaman itu diyakini bakal terlaksana jika The Reds terpaksa menghadapi sanksi administrasi dan juga mendapat penalti 9 poin.
Hukuman tersebut memang tengah menghantui Liverpool jika sampai Selasa (12/10) mendatang kesepakatan dengan NESV urung terlaksana. Pada Jumat (15/10) Liverpool harus segera menghadapi pengadilan administrasi untuk menentukan nasib utang-utang mereka terhadap Royal Bank of Scotland (RBS).
"Inilah salah satu alasan kenapa kami berharap kesepakatan bisa segera terlaksana sebelum Selasa. Jika gagal, kami harus siap menghadapi pengadilan administrasi," bilang chairman Liverpool, Martin Broughton.
Jika hukuman itu akhirnya dijatuhkan, poin Liverpool menjadi minus 3, delapan poin tertinggal dari dua klub terbawah, West Ham United dan Wolverhampton Wanderers.
Sumber dari http://www.duniasoccer.com
0 komentar:
Posting Komentar